Aku Mau




Banyak dari kita selalu berucap 'mau' sebagai bentuk sebuah keinginan. 'Mau' sebagai sebuah sinyal tindakan, dan 'mau' sebagai bentuk sebuah hasrat.

Tapi pertanyaannya, apakah kita mampu mempertanggung jawabkan kata 'mau' tersebut?


Kata 'mau' memiliki sebuah kuasa yang hebat. Berawal dari 'mau,' hal-hal hebat dapat terjadi. Sebuah perubahan selalu diawali dengan 'mau' terlebih dahulu. 'Mau' untuk memiliki badan yang lebih baik, hari yang lebih tertata, perasaan yang lebih nyaman, bahkan kekayaan yang melimpah. Semua itu berawal dari sebuah ucapan 'mau'.

Sehebat itu kekuatan dari 'mau' tapi dibalik semua itu, ada beberapa konsekuensi yang harus ditanggung untuk 'mau'. Mungin kamu akan terikat pada sebuah rutinitas yang tidak kamu sukai atau situasi yang cukup rumit. Tapi semua itu adalah proses dari 'mau' yang kamu tuju.

Kamu akan diantar pada sebuah cakrawala baru dalam melihat dunia. Hal-hal baru yang mungkin belum pernah kamu jumpai. Sebuah petualangan untuk merasakan sesuatu yang baru atau sebuah kesempatan untuk mengulang beberapa hal yang telah lewat dan memperbaikinya.

Seberapa siap kamu untuk 'mau' tersebut? Tidak ada jawaban pasti untuk hal ini, karena bagiku sendiri ketika sudah berucap 'mau' itu berarti segala kondisi akan kutempuh. Siap tak siap, selama dalam perjalanan semua itu dapat dipersiapkan. Keraguan hanya akan mengantarkanku pada kehancuran saat telah berucap 'mau'.

Bagaimana aku dapat berucap 'mau' jika aku sendiri belum yakin akan diriku sendiri? 'Mau' membutuhkan tiang yang kokoh berdiri. Terpaan angin dari rasa ragu dan faktor eksternal tak boleh menggoyahkannya. Hal yang dilihat bukan lagi hal-hal yang dekat dengan 'mau' tersebut, tapi apa yang akan diraih di depannya. Hal-hal yang dekat cukup dijalani semaksimal mungkin.

Kuharap kedepannya, kita lebih bisa mempertanggung jawabkan 'mau' yang kita miliki, karena suka tidak suka sebagian besar akan terikat dengan kepentingan orang lain.

Komentar

Popular Posts

Mata Jiwa

Cappuccino tanpa Cincau