Nyaman.



Aku tidak pernah paham, mengapa roda motorku berhenti di tempat tersebut. Tapi ada 1 hal yang selalu kuyakini, aku butuh kopi untuk mengawali hariku. Aku dengar dari seorang kawan, tempat itu kembali buka. Dengan nama yang berbeda, pemilik yang berbeda, rasa yang berbeda, dan tentunya pegawai yang berbeda juga. Apakah itu pantas disebut sebagai 'kembali buka?'

Ada kolam ikan yang berada di posisi yang sama saat aku membantu pemilik sebelumnya dalam instalasinya. Tumbuh-tumbuhan yang semakin banyak hanya saja rindang dan enak dipandang. Gerbang dengan warna yang sama, begitu juga dengan pagarnya. Bahkan ruang dalam yang benar-benar persis sama, hanya bar yang menjadi pembeda di sana. Sisanya? Berbeda 180 derajat tentunya. Bahkan kursis-kursi yang lebih nyaman, seharusnya.

Herannya, tempat itu menghadirkan suasana persis seperti aku pertama kali menginjakkan kakiku ke tempat itu. Suasana hangat? Tidak, itu tak bisa dibilang hangat. Hanya merasa sedikit berenergi untuk mengerjakan sesuatu. Suara air kolam yang memecah keramaian dari kendaraan yang lewat. Angin bersemilir memberi kesegaran, dan angin yang tak lupa untuk mengajak suasana musik yang mendukung tuk menemaninya.

Seumur hidup aku menikmati kopi, aku berani berkata aku paham mana kopi enak dan luar biasa enak. Sebab tak ada kopi yang tak enak, hanya prihal bagaimana kita menikmatinya. Kopi di sini enak. Hanya aku yang merasa kurang akan suatu hal. Tetapi itu tak mengganggu sama sekali. Entah lah, aku pun bingung akan hal tersebut. 

Tempat itu selalu menemani malam-malamku sebelumnya. Menjadi rumah untuk peristirahatan diri yang lelah. Bukan untuk tidur, hanya sekedar bersendagurau bersama beberapa kawan atau bahkan orang yang baru kukenal. Begitu banyak memori yang terkandung di dalam kopi yang disajikan tempat itu. Tempat itu menjadi tempat di mana aku menentukan aku ingin menjadi seperti apa, menjadi tempat di mana aku belajar dan mengevaluasi diri agar lebih siap diterjang badai.

Tetapi, sesiap-siapnya kita menyiapkan diri. Percayalah, badai kehidupan punya caranya tersendiri untuk menggoyahkan kita. Atau mungkin hanya kita yang sedikit banyak lupa tentang mau menjadi seperti apa kita? Hingga akhirnya kita diajak berputar sedikit di dalam badai lalu kita linglung akan diri kita sendiri? Entahlah, rasa bingungnya sama dengan kebingunganku akan hebatnya tempat itu. Hahaha. 

Kali ini tempat itu berubah menjadi pengisi pagi ke siangku, mengerjakan apa yang sekiranya perlu dikerjakan. Semoga. Semakin dikerjakan semakin bingung, tetapi itu lebih baik daripada tak melakukan apa-apa dan hanya menghabiskan waktu tuk berpikir. Kurasa. Terlalu penuh dan bingung diri ini dibuat.

Tetapi apa ini yang disebut rasa nyaman? Tempat itu telah berubah, sangat berubah. Tak ada lagi figur-figur yang menjadi tolak ukur atau sekedar mendengar keluh kesahku. Tak ada lagi kopi luar biasa enak malamku. Tak ada lagi sendagurau yang biasa kulakukan dulu. Semua telah berubah, sebuah kekalan yang selalu hadir dalam hidup. Perubahan. Tapi tak apa, karena pada intinya aku tetap merasakan hal tersebut, sebuah perasaan yang aku takuti tetapi kini aku bisa menikmatinya. Kusebut itu 'Nyaman.'

Komentar

Popular Posts

Mata Jiwa

Cappuccino tanpa Cincau